Thursday, March 22, 2012

Berbisnis dengan Prinsip Tawakkal




 
 

Selasa, 17 Januari 2012
Hidayatullah.com--Siang usai jam kuliah di kampus, anak muda itu dengan sigap segera mengayuh sepeda meninggalkan sementara ingar bingar bangku kuliah. Di hari yang terik itu ia mau menuju ke rumah pamannya, di bilangan Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, 50 tahun silam.  Di tahun 1964 itulah, Harsono, nama lelaki itu, sibuk menjadi penjual minyak tanah usaha milik pamannya.
"Itulah rutinitas saya sehari-hari selain menjadi mahasiswa Jurusan Ekonomi di Undip (Universitas Diponegoro)," kisah Harsono yang ditemui Hidayatullah.com di kediamannya di Jalan Durian, Banyumanik, Semarang, belum lama ini.
Perkembangan usaha sebagai agen minyak di masa orde lama yang menjadi monopoli Pertamina itu, semakin menunjukkan perkembangan pesat. Ia pun langsung disuruh untuk mengelola sendiri beberapa kanal agen minyak. Dari tahun 1968 berdirilah usaha kecil sebagai agen minyak dengan nama Mas Agen Minyak milik pamannya.
Di usia belia, Harsono sudah ditinggal wafat ayahnya. Dialah yang kemudian menjadi andalan tulang punggung. Di sela sela kesibukannya sebagai mahasiswa, ia menjadi pengecer minyak. Namun apa lacur, karena sibuk jualan, Harsono baru dapat meraih gelar strata satu setelah 12 tahun.
Pada awalnya, memang hanya jualan minyak tanah saja. Kini, usahanya sudah merambah juga jenis minyak lain, seperti bensin, solar dan gas LPG atau Liquefied Petroleum Gas (Elpiji). Perusahaannya pun sudah berganti nama menjadi PT Petro Sono Jaya.
Bakat sukses Harsono memang sudah tampak sejak awal. Ia mengaku, dalam mengawali bisnisnya, selalu tak menghadapi rintangan yang terbilang berat. Selain itu, semangat wiraswastanya memang sudah terbangun sejak kecil.
Saat kuliah di Undip, selain jualan minyak, ia juga berjualan susu yang dibawa langsung dari Ungran untuk dijual dari pintu ke pintu rumah penduduk di wilayah bilangan Candi. Merek susunya pun unik; Susu Macan, adagium dari Susu Mahasiswa Candi. Susu itu  dijual oleh dia bersama teman temannya.
Bisnis menjadi agen minyak Harsono kian bergegas maju. Pada tahun 1981 untuk kali pertama ia mendirikan SPBU di wilayah Secang, Magelang. Padahal, aku dia, saat itu untuk mendirikan SPBU rumitnya minta ampun. Lokasi harus milik sendiri, dan harus ada izin prinsip dari pemerintah setempat. Apalagi saat itu untuk menjadi agen minyak sangat ketat sekali. Syukurnya, setelah ia beberapa kali mengajukan permohonan akhirnya lolos.
“Saat itu saya mendapat pinjaman dari sebuah bank swasta dan syukur Alhamdulillah kami dapat melunasi dengan cepat. Cikal bakal berdirinya SPBU lainnya berawal dari sini,” ungkap mantan Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) DPD IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, selama dua periode ini.
Kini Harsono sedikitnya telah mendirikan dan mengelola 7 buah SPBU, di antaranya ada di wilayah Secang, Sukun, Tambak Aji, Kota Kudus, Kota Jepara, Kota Demak, dan di Salatiga.
PT Petro Sono Jaya memiliki dua lini perusahaan lagi yang mengelola minyak, yaitu PT Panca Selaras Rahayu dan PT Mukti Abadi Sentosa yang kini merambah ke bidang bisnis Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) yang berlokasi di Kawasan Industri Terboyo Megah, Semarang.
Dari Nol
Harsono memulai usahanya dari nol. Ayahnya meninggal sebelum ia menginjak bangku SMA. Ia akhirnya tinggal bersama pamannya di Ungaran, Kartosuro. Pamannya-lah kemudian yang menanamkan semangat berwiraswasta dalam dirinya.
Naluri bisnis Harsono pun tertempa dan semangatnya tak lekas pupus. Setelah sukses menapaki bisnis sektor minyak, ia kini merambah lagi ke bidang properti. Ia mendirikan PT Properindo Griya Pelangi yang memiliki lokasi perumahan di dua wilayah, yaitu di Kedawang seluas 7 hektare dan di Ungaran 1 hektare. Kini juga mengelola Hotel Bandungan di Kabupaten Semarang.
Tidak hanya sibuk berbisnis. Harsono juga ikut terlibat di sejumlah organisasi nirlaba dan yang bergerak di bidang sosial. Di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Tengah sebagai bendahara. Pernah juga menjadi Ketua Hiswana Migas Jawa Tengah yang dikenal sebagai organisasi relasi Pertamina.
Di Hiswana Harsono sempat memimpin selama 2 periode sejak tahun 2001 hingga 2009. Lalu kemudian menjadi Ketua I DPP Hiswara Migas. Dan saat ini menjadi Ketua II Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jawa Tengah.
Ketika krisis tahun 1997 di negeri ini mencekik banyak pengusaha, usaha Harsono pun ikut terkena imbas. Harsono tidak punya solusi lain selain menjual sejumlah aset-asetnya untuk mengurangi beban utang, sementara saat itu cashflow sangat tinggi. Semua perusahaan yang tidak menguntungkan dia lego.
“Alhamdulillah, bisa cukup mengurangi beban utang,” tutur pria yang juga berkecimpung di Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) ini, mengenang.
Prinsip Tawakkal 
Dalam menghadapi masalah dalam hidup, termasuk juga dalam mengurus perusahaan, Harsono punya prinsip: Jangan pernah mengabaikan peran Tuhan. Baginya, prinisp bisnis pertama-tama adalah karena Allah Subhana Wata’ala sebagai pegangan. Sukses dan tidaknya diserahkan hanya pada-Nya.
“Kalau kita sudah merasa bekerja benar, ya sudah, hasilnya semua tinggal diserahkan kepada Allah saja,” katanya. Yang terpenting di dalam bisnis, menurut dia, adalah kepercayaan.
Misalnya, Harsono menuturkan, kalau kita berhutang, harus bayar. Di dalam bisnis yang pertama-pertama kita harus terapkan adalah kepercayaan. Selain itu pengusaha itu harus tekun dan berilmu.
“Kalau sudah yakin, Allah pasti menolong,” pesan pengusaha yang kerap melancong ke sejumlah negara ini.
Harsono tidak merekomendasikan para pengusaha pemula untuk memulai berbisnis dengan berutang. Kata dia, harus dilihat dulu, kalau utangnya untuk produktif tidak ada masalah. Tapi kalau untuk konsumtif, itu yang masalah.
“Pada prinsipnya kan bisnis adalah penerapan prinsip manajemen. Ada perencanaan, pengawasan, mengorganisasi, ada evaluasi. Yang juga harus dipahami adalah situasi bisnis tidak pernah menentu, kadang kondusif kadang buruk. Kalau iklimnya baik, semua juga akan membaik,” terang bapak dari Budiarso Setiawan, ST, MM, Dandiarso Setiawan, SE, MM, Fitriadi Setiawan, ST, Fitria Setiadi, SE, ini.
Harsono mengaku bahwa yang susah dalam bisnis adalah mencari orang yang bisa dipercaya. Seorang pebisnis atau pengusaha harus pandai meletakkan orang yang sesuai kebutuhan, yang jujur, dan berintegritas.
Saat ini Harsono mempekerjakan lebih dari 300 orang karyawan. Setiap unit usaha secara rutin mengeluarkan zakat dan shadaqah kepada yang berhak.
Sekitar 10 panti asuhan yang ada di Semarang telah rutin menjadi rekanan untuk diberikan santunan dan menjadi donatur tetap di sejumlah lembaga amil zakat.
Muhammad Nur Said, Pengasuh Yayasan Al Burhan Semarang yang menampung secara gratis puluhan santri, menilai Harsono sebagai sosok yang punya perhatian yang cukup besar terhadap kegiatan sosial kemasyarakatan. “Beliau punya kepedulian yang tinggi,” ujarnya.*

Rep: Ainuddin Chalik
Red: Syaiful Irwan

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates